APA YANG KAU CARI, TVRI?

Apa yang kau cari, TVRI ? Judul di atas hanya untuk mengingatkan bahwa Penulis dan Sutradara Asrul Sani pernah membuat film terbaik di Asia pada tahun 1970 dengan judul, “ Apa Jang Kau Tjari, Palupi? “ Pada Festival Film Asia tahun 1970.  Apa Jang Kau Tjari, Palupi adalah film bikinan Dewan Produksi Film Nasional tahun 1969.

Apa Jang Kau Tjari, Palupi? Adalah inspirasi tulisan ini, dengan harapan TVRI bisa menyajikan tontonan dan/atau tuntunan (berpredikat) terbaik bagi publiknya di Nusantara, minimal. Aamiin…. Sepertti halnya tokoh Haidar, TVRI harus tetap bisa mempertahankan Kejujuran dan Kebenaran tidak seperti Palupi yang selalu mencari Jati Diri di tengah terpaan dan godaan glamournya dunia Komersial

Banyak acara TVRI yang baik, sangat baik malah. Tetapi yang namanya penonton selalu tidak akan pernah terpuaskan, karena memang tidak semua segmen penyiaran akan bisa memenuhi harapan pemirsa TVRI yang sangat beragam baik budaya dan tingkat pendidikannya.
Tapi, Televisi Republik Indonesia sebagai Lembaga Penyiaran Publik tentu harus bisa memenuhi tujuan dari penyiaran, yaitu untuk membina watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan, memajukan kesejahteraan umum secara demokratis serta adil terutama bagi kaum marjinal, minoritas, anak-anak dan usia lanjut.
Terlalu banyak tugas dan fungsi TVRI, semuanya sangat mulia.

Nah, sebagai bukti bahwa penulis sangat suka TVRI, maka disampaikanlah ini dengan penuh cinta.

Kurang Berani
TVRI dalam penyelenggaraan siarannya banyak mengisi waktu dengan promo-promo acara, tentang Judul Acara, Hari dan Waktu Tayang, mungkin tidak dan/atau belum pernah menyampaikan bahwa TVRI adalah Lembaga Penyiaran Publik yang Independen, dan Netral serta mempunyai fungsi memberikan layanan untuk kepentingan publik.

Tidak Taat Azas
Sayang TVRI saat ini lebih suka menempelkan huruf dan gambar lain di layar siarannya dari pada huruf dan angka seperti “ P, A, R, D18+, dan SU2+ “. Padahal penggolongan program siaran, klasifikasinya, peringatan dan himbauan tambahan tentang arahan serta bimbingan orangtua mengenai program dan isi siaran lebih layak untuk ikut tampil.
Ini wajib lho.

Kehabisan Kata
Banyak promo acara yang ditayangkan berjudul asing dan gado-gado kata yang dibaca dan dieja campur aduk, dan lan-lain. Apa TVRI sudah tidak bisa lagi mencari dan membuat Judul Acara yang singkat serta indah dengan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar?
Penyiaran Televisi lain, biarkan saja.

Negatif
Judul acara bisa menimbulkan kesan pertama negatif dan pesimistis, Bukan Infotainment, Galau, Ebola, Selidik, dan lainnya.
Bukan Infotainment, MUI tidak sangat suka acara seperti ini.
Galau, lebih baik membuat singkatan yang tidak ada padanan kata bakunya.
Ebola, virus Afrika yang mematikan.
Selidik, isinya mendekati bibir jurang kesalahan dan bisa dianggap mempermainkan peraturan serta perundangan yang berlaku.

Hallo DKI.
TVRI DKI sejak masa jaringan FTP sampai dengan penggunaan VPN saat ini masih tidak berlaku adil dalam Berita Megapolitan, masa hanya Jabanustra sedangkan semua suku bangsa Nusantara sudah bermukim di Daerah Khusus Ibukota Indonesia ini.

Terbaik
Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia mempunyai banyak talenta yang baik, memiliki sarana dan prasarana terhebat di Lembaga Penyiaran Indonesia.
Hampir semua provinsi di Nusantara dalam jaringan penyiaran TVRI, transfonder satelit lebih dari seperempat, VPN(IP) ada.
Jadi, sangat mungkin bila ingin ingin membuat, mengemas, dan kemudian mendapatkan acara yang akan berpredikat Terbaik bukan yang Terpopuler.

Lembaga Penyiaran Publik
Lembaga Penyiaran Swasta sudah mulai berpaling dan mengambil tugas kepublikan dalam penyelenggaraan penyiarannya, kearifan lokal akan menjadi menu utama mereka bila kewajiban Berjaringan sudah berlaku penuh. Stasiun Penyiaran TVRI di daerah akan sangat berat tugasnya, maka LPP TVRI tidak boleh mengingkari dan menjauhi tugas utamanya.
Sudah saatnya kembali ke kittah, jangan menghitung jumlah kepala, tapi isilah kepalanya.

Peluang
Penyelenggara penyiaran komersial sangat tidak suka menyiarkan acara olahraga Multi Events. tugas Pemerintah bersama TVRI melaksanakan penyiarannya. Kita kembalikan pajak dari rakyat berupa tontonan olahraga yang mungkin bisa memupuk prestasi dunia olahraga Indonesia.
Host Broadcaster TVRI bersama Pemerintah, tanpa iklan komersial, pasti nikmat ditonton.

Pembinaan
Pembinaan penonton TVRI sudah dimulai dengan semakin banyaknya acara untuk anak-anak di TVRI. Bila TVRI punya acara untuk Anak Usia Dini, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan/atau buat Mahasiswa berupa pemupukan kecerdasan, kecepatan, ketangkasan, dan pembelajaran teknologi tepat guna.
Mari kita hitung penontonnya, teman satu kelas, satu sekolah, bapak ibu guru, ayah ibu, kakek nenek, dan tetangga-tetangga. Mereka jadi akan terbiasa menonton TVRI, mungkin hasilnya baru lima tahun kemudian bisa terwujud.
Pembinaan melalui kegiatan Off Air dari Pengembangan Usaha, Puslitbang, dan Pusdiklat perbanyak lagi.

Jadi
Jadi, apalagi yang dicari. Ada Undang-Undang tentang Penyiaran, walau katanya akan di revisi. Peraturan Pemerintah No.11 dan 13 Tahun 2007 serta P3 dan SPS.
Tinggal ikuti, taati, dan laksanakan, cukup!

Akhirul kallam
Untuk Insan Lembaga Penyiaran Publik TVRI. Profesional, perlu. Lebih perlu lagi adalah kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas.
Satu tanya lagi. Quo Vadis TVRI?

SELAMAT TAHUN BARU, TVRI

Selamat Tahun Baru. Semoga dengan sudah lengkapnya jajaran Direksi, TVRI di tahun 2015 bisa bekerja maksimal dalam pelaksanaan (pelayanan) Siarannya, aamiin……

Banyak acara TVRI yang baik, sangat baik malah. Dari mulai buka siaran sampai dengan pukul 10.00 WIB sudah pasti ditonton pemirsa TVRI. Tapi yang namanya penonton selalu tidak akan pernah terpuaskan, karena memang tidak semua segmen penyiaran akan bisa memenuhi harapan pemirsa TVRI yang sangat beragam baik budaya dan tingkat pendidikannya.
Tapi, Televisi Republik Indonesia sebagai Lembaga Penyiaran Publik tentu harus bisa memenuhi tujuan dari penyiaran, yaitu untuk membina watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan, memajukan kesejahteraan umum secara demokratis serta adil terutama bagi kaum marjinal, minoritas, anak-anak dan usia lanjut.
Terlalu banyak tugas dan fungsi TVRI, semuanya sangat mulia.

Semoga kinerja TVRI di tahun 2015 ini bisa lebih tinggi dibanding tahun 2014, selamat bekerja!
Nah, sebagai bukti bahwa penulis sangat suka TVRI, maka disampaikanlah ini dengan penuh cinta.

Front Office

Beranda terdepan TVRI sudah pasti Layar, tetapi masih ada lagi beranda samping yang belum tertata secara benar, misalnya:

• Lobby, tidak ada penerima yang ramah menyapa tamu yang datang. Tidak ada layar sentuh tersedia yang bisa memberi apapun yang dibutuhkan karyawan dan terutama bagi para tamu. Tidak ada layar televisi dengan siaran dari seluruh TVRI Daerah;
• Sentral Telepon, belum pernah ada lagi kemudahan bisa menelepon TVRI. Yang ada hanya nada sibuk dan/atau tidak ada yang menjawab. Tidak ada suara merdu yang bisa membantu berkomunikasi dengan insan TVRI. Tidak ada nada tunggu baik lagu maupun berupa suara isi acara siaran TVRI.
Saatnya TVRI mempunyai sentral telepon yang baik, dengan sentral yang mumpuni ke daerahpun bisa berkomunikasi tilpon gratis, bisa beraudio conference bagi para pimpinan TVRI.

Kurang Berani
TVRI dalam penyelenggaraan siarannya banyak mengisi waktu dengan promo-promo acara, tentang Judul Acara, Hari dan Waktu Tayang, mungkin tidak dan/atau belum pernah menyampaikan bahwa TVRI adalah lembaga penyiaran yang independen dan netral, serta mempunyai fungsi memberikan layanan untuk kepentingan publik.
Nyatakan dalam tayangan, bahwa TVRI Independen, Netral, dan tidak Memihak!

Tidak Taat Azas
Sayang TVRI saat ini lebih suka menempelkan huruf (f) dan gambar (burung) di layar siarannya dari pada huruf dan angka seperti “ P, A, R, D18+, dan SU2+ “. Padahal penggolongan program siaran, klasifikasinya, peringatan dan himbauan tambahan tentang arahan serta bimbingan orangtua mengenai program dan isi siaran lebih layak untuk ikut tampil.
Ini wajib lho.

Hallo DKI.
TVRI DKI sejak masa jaringan FTP sampai dengan penggunaan VPN saat ini masih tidak berlaku adil dalam Berita Megapolitan, masa hanya Jabanustra sedangkan semua suku bangsa Nusantara sudah bermukim di Daerah Khusus Ibukota Indonesia ini, masa tidak terlayani.

Lembaga Penyiaran Publik
Lembaga penyiaran swasta sudah mulai berpaling dan mengambil tugas kepublikan dalam penyelenggaraan penyiarannya, kearifan lokal akan menjadi menu utamanya bila kewajiban berjaringan sudah diharuskan. Stasiun Penyiaran TVRI di daerah akan bersaing sangat berat dalam tugas penyiarannya (bersaing dengan teve lokal dan swasta nasional), maka TVRI tidak boleh mengingkari dan menjauhi tugas utamanya.
Jangan selalu menghitung jumlah kepala, tapi isilah kepalanya.

Pembinaan
Pembinaan penonton TVRI sudah dimulai dengan semakin banyaknya acara untuk anak-anak di TVRI. Bila TVRI punya acara untuk Anak Usia Dini, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan/atau buat Mahasiswa berupa pemupukan kecerdasan, kecepatan, ketangkasan, dan pembelajaran teknologi tepat guna. Penontonnya bisa dihitung dengan tepat tanpa riset dan mereka selalu akan menjadi terbiasa menonton TVRI, walaupun mungkin hasilnya baru lima tahun kemudian bisa terwujud.
Pembinaan melalui kegiatan Off Air dari Pengembangan Usaha (gathering, dll) , Puslitbang (FGD,Riset non Rating, dll), dan Pusdiklat (demo/pelatihan di kampus, pemda, dll) perbanyak lagi.

Riset Penyiaran
Untuk mengukur kinerja, TVRI perlu melaksanakan riset penyiaran untuk mengetahui respon penonton terhadap program acara yang sudah disiarkan (riset rating) maupun upaya untuk mengetahui prospek program acara yang akan disiarkan serta perbaikan untuk program unggulan (riset non rating, FGD misalnya).
Umpan balik dari penonton bisa diperoleh (salah satunya) melalui riset penyiaran, Puslitbang TVRI bisa melaksanakan dan melakukannya, bisa bersama TVRI Daerah, lembaga riset independen, dan/atau dengan Perguruan Tinggi yang ada di daerah. Tentu hasil riset lebih dipercaya bila bekerjasama dengan perguruan tinggi dibanding bila hanya dilaksanakan sendiri.

Peluang
Penyelenggara penyiaran komersial sangat tidak suka menyiarkan acara olahraga Multi Events. tugas Pemerintah bersama TVRI melaksanakan penyiarannya. Kita kembalikan pajak dari rakyat berupa tontonan olahraga yang mungkin bisa memupuk prestasi dunia olahraga Indonesia.
Host Broadcaster TVRI bersama Pemerintah, tanpa iklan komersial, pasti nikmat ditonton.

TVRI Hebat
Ya, TVRI hebat bila bisa menjadi Host Broadcaster Sea Games 2015, PON Jabar 2016, dan Asian Games 2018. Masih banyak kesempatan untuk menganggarkan pengadaan peralatan, tinggal kemauan dan kepiawaian meyakinkan Pemerintah.
Lembaga penyiaran tertua wajar dong bisa mengkoordinir semua lembaga penyiaran televisi baik lokal maupun swasta untuk pelaksanaanya.

Three in One (3in1)
Banyak cara mengefektifkan anggaran yang ada dan bagaimana kita membuat siaran ulang yang terencana, diantaranya:
Three in one, adalah salah satu cara untuk menyiasati bagaimana dengan biaya yang sama besarnya bisa menghasilkan suatu produksi acara televisi dengan kualitas dan bobot yang yang tinggi dalam penyiarannya.
Caranya, 3 (tiga) paket biaya produksi acara dihimpun dalam 1 (satu) pelaksanaan produksi acara televisi, untuk 3 (tiga) kali penyiaran.
Pertama, siaran live, kedua siaran ulang, dan ketiga disiarkan kembali setelah dilakukan pasca produksi (remix, montage, dll). Jadi tiga biaya produksi, satu kali produksi, dan tiga kali penyiaran. Keuntungannya, hemat biaya dekorasi/listrik, bisa mendapatkan artis mahal berkualitas, lokasi yang bagus, iklan sponsor lebih banyak dan pelaksana bisa dibayar tinggi.
Bisa juga pelaksanaan produksi/penyiaran acara ini secara Twenty One (Two in One).

Jadi
Jadi, tidak sulit menjadi pelayan publik. Ada Undang-Undang tentang Penyiaran, walau katanya akan di revisi. Peraturan Pemerintah No.11 dan 13 Tahun 2007 serta P3 dan SPS Komisi Penyiaran Indonesia.
Tinggal ikuti, taati, dan laksanakan, cukup!

Catatan Akhir Tahun 2014
• Bumper in/out, masih banyak yang tidak diisi promo dan/atau iklan (ataukah memang tidak pernah diketahui keberadaan bumper ini).
• Anchor, terlalu sering menyebut TVRI Stasiun A, B, C, padahal cukup singkat dan hemat bila hanya dengan menyebut TVRI ABC, tanpa penyebutan kata Stasiun.
• Tulisan/Caption, seharusnya tidak semua dibiarkan tanpa suara bacaannya, karena ada pemirsa yang berkebutuhan khusus. Jadi tidak hanya diiringi musik /ilustrasi saja, tapi bacalah!
• AC Sentral, harus terpelihara dengan baik, kalau tidak akan banyak sekali penambahan AC Split yang tidak terkendali. Selain susah menghitung beban listrik terpakai juga membuat kumuh ruangan/kantor, terutama di tangga darurat (apalagi dengan banyaknya barang tidak terpakai berserakan di tangga). Padahal tangga darurat adalah jalur evakuasi bila terjadi kebakaran dan/atau gempa bumi.
• Dokumentasi, seyogyanya TVRI yang sudah akan berusia 53 tahun mempunyai sistem dokumentasi yang sangat lengkap, bukan saja mengenai sejarah bangsa tetapi juga kumpulan-kumpulan kearifan lokal suku bangsa di Nusantara. Sayang sistem peralatan yang memadai untuk pendokumentasian kegiatan dan produk acara TVRI belum pernah punya. Seharusnya TVRI mempunyai data (dokumentasi) centre management sendiri (menyewa juga bisa) yang canggih/besar, bisa menerima dan saling berkirim dokumen dengan daerah, dan bisa memberi baik gratis ataupun berbayar (VOD) bagi masyarakat.

Akhirul Kallam
Profesional, perlu. Lebih perlu lagi adalah kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas.
Bekerja Ikhlas tanpa Pamrih bisa bernilai lebih dibanding pekerja profesional, bekerja ikhlas tanpa pamrih adalah lebih dari profesional………….